Dekonstruksi Teknologi Informasi

Sunday, June 12, 2005

Weekly Review: Karena Bisnis Anda Warnet.....

Minggu , 12/06/2005 14:10 WIB
Weekly Review: Karena Bisnis Anda Warnet.....
Penulis: Donny B.U. - detikInet

Jakarta, (Weekly Review). Bicara tentang carut-marutnya industri warung internet (warnet) di Indonesia, rasanya tak elok jika kita kemudian melontarkan sejuta sumpah serapah tak berujung-pangkal di berbagai mailing-list (milis) untuk menyampaikan ketidakpuasan atau sekedar ikut meramaikan suasana.

e-Mail hujatan, cacian dan makian datang silih-berganti, membuat panas kuping berbagai pihak yang diyakini oleh beberapa gelintir orang sebagai pokok permasalahan. Dari (oknum) aparat penegak hukum, pemerintah, vendor hingga masyarakat umum pun tak luput kena tuding. Repotnya, banyak pula yang mengamini isi e-mail tersebut!

Memang di satu sisi, para pelaku industri warnet pantas untuk mengeluh. Sweeping yang telah dialami oleh beberapa warnet lain sebelumnya, seakan menjadi momok yang paling menakutkan bagi warnet lainnya. Tidur tak nyenyak, makan tak enak, lantaran sweeping yang terjadi kerap dibarengi dengan aksi "main angkut" perangkat komputer warnet oleh pelaku sweeping.

Warnet yang sudah terlanjur diangkut perangkatnya, terpaksa gigit jari. Sedangkan bagi yang lain, seakan tak berdaya menunggu giliran, untuk dijungkir-balikkannya periuk nasi mereka.
Dan, terjadilah berbagai komentar di berbagai milis yang niatnya melakukan kritikan kepada pihak-pihak tertentu. Dari soalan pemerintah yang dianggap lalai memperhatikan industri warnet, (oknum) aparat penegak hukum yang dikatakan mengejar setoran, vendor software besar yang disebut tak peka kondisi bangsa hingga masyarakat umum yang dinyatakan malas belajar menggunakan suatu software alternatif.

Sayangnya, kian kemari komentar yang bak gayung bersambut tersebut makin sembrono, cenderung tidak konstruktif dan mulai mencari-cari kambing hitam.

Membajak Salah

Biar bagaimanapun, yang namanya membajak (software) adalah salah! Dan, kesalahan tersebut tak pula tereliminasi ketika alasan yang diajukan adalah soal ekonomi ataupun perut. Kesalahan membajak hanyalah sebatas dapat "dipahami" sebagai konsekuensi logis atas keberadaan suatu kondisi penyebabnya, dan tak lebih dari itu. Dapat dipahami bukan berarti dimaklumi untuk terjadi atau bahkan dibiarkan untuk terus terjadi.

Ketika warnet kemudian dipercaya sebagai suatu entitas bisnis, maka hitung-hitungan bisnis pun harus digunakan ketika menyusun proposal, mendirikan warnet hingga menjalankan administrasi sehari-hari. Tak sedikit memang warnet yang lupa untuk memasukkan komponen biaya pengadaan software operating system dan aplikasi pendukung lainnya ketika membangun dan menjalankan warnet. Semua melulu tentang infrastruktur yang lebih kasat mata, dari gedung/ruangan, perabotan, perangkat komputer, sdm dan sebagainya.

Sedangkan untuk pengadaan software, dianggap sudah masuk dalam harga perangkat komputer. Toh, mungkin dipikirnya, untuk software sudah cukup dengan membeli beberapa keping CD bajakan berisi kompilasi software, yang harganya tak lebih dari sekian ribu perak.

Pilihan Jelas

Padahal pilihannya sudah jelas, gunakan software proprietary yang legal atau gunakan software open source! Dan ini pun ternyata tidak mudah, ketika alasan yang kemudian dipakai adalah bahwa masyarakat umum tidak familiar dengan berbagai software alternatif. Perubahan (ke arah yang lebih baik) memang membutuhkan suatu daya dan upaya yang lebih. Dan terkadang kita lebih suka berada (dan terperangkap) dalam comfort zone, sehingga kita enggan melakukan perubahan karena sudah terlanjur nyaman.

Dan sejuta alasan memang akan disampaikan oleh mereka yang lebih suka berada di comfort zone tetapi stagnan dan cenderung beresiko, ketimbang mengeluarkan keringat untuk mendaki ke satu area yang ternyata lebih menguntungkan di kemudian hari.

Warnet yang melakukan migrasi ke software open source ataupun memilih menggunakan software proprietary yang legal, adalah mereka yang bersedia berkeringat. Dan itu jauh lebih aman dan lebih mulia, ketimbang petak-umpet mencari rejeki dengan menggunakan software bajakan. Dan saya salut dengan pebisnis warnet yang berani meninggalkan comfort zone mereka untuk bergerak ke kondisi yang lebih baik.

Pemerintah Sibuk

Di sisi lain, pemerintah pun seharusnya berani melakukan negosiasi (dan tekanan) terhadap para vendor kelas dunia yang menguasai hajat hidup orang banyak di Indonesia. Percuma saja meratifikasi berbagai kesepakatan dalam pertemuan dunia World Summit Information Society (WSIS), tetapi ketika berhadapan dengan hegemoni suatu vendor, pemerintah kita menjadi mlempem.

Ketika Dirjen Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) kemudian memilih Microsoft untuk menjadi konsultannya, maka tak heran kemudian banyak yang mempertanyakan langkah tersebut. Sebab, Departemen Kehakiman dan HAM yang membawahi Dirjen HaKI, notabene adalah salah satu penggagas gerakan Indonesia Goes Open Source (IGOS). Keberadaan IGOS pun seakan dikerdilkan.

Pun ketika Presiden SBY berkunjung ke Amerika beberapa waktu lalu dan melakukan pertemuan dengan Bill Gates, bos Microsoft Corp., tampaknya tak ada negosiasi (atau bahkan tekanan) agar penentuan harga jual produk Microsoft di tanah air bisa mempertimbangkan kemampuan dan daya beli masyarakat. Tak ada! Pemerintah mungkin terlalu mengagumi Bill Gates. Atau bisa jadi lantaran terlalu sibuk dengan urusannya sendiri.

Berharap terlalu banyak kepada Microsoft Indonesia untuk dapat segera melakukan manuver-manuver pun rasanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Karena sebagai sebuah entitas bisnis internasional, setiap langkah Microsoft Indonesia haruslah atas sepengetahuan dan persetujuan Microsoft regional di Singapura dan Microsoft pusat di AS.

Kita hanya bisa meminta agar kondisi faktual di lapangan dapat menjadi kepedulian dan pertimbangan utama pihak Microsoft Indonesia ketika bernegosiasi dengan Microsoft regional ataupun pusat.

Sweeping Warnet

Lalu mengapa warnet di-sweeping? Karena Anda berbisnis warnet! Itu mungkin sekedar jawaban yang sederhana untuk pertanyaan yang cukup pelik tersebut. Yang jadi masalah adalah ketika sweeping tersebut kemudian dibarengi dengan pengangkutan perangkat komputer ataupun pemalakan untuk upeti oknum aparat.

Warnet yang menggunakan software bajakan, memang beresiko tinggi untuk terkena sweeping dan dituduh melakukan kejahatan berupa pelanggaran hak cipta. Tetapi tak sedikit pula warnet yang kemudian memilih berdamai dengan oknum aparat, dengan menyetorkankan upeti secara berkala.

Ketika hal tersebut menjadi suatu kebiasaan, akhirnya menjadi rahasia umum bahwa warnet memang cukup laris-manis untuk dipalak karena ketidakberdayaannya. Alasan yang digunakan saat sweeping pun simpel, yaitu untuk memeriksa tentang keberadaan penggunaan software bajakan. Sehingga ketika secara beramai-ramai aksi sweeping tersebut menggunakan lagu yang sama, maka timbul kesan bahwa aksi tersebut ditunggangi oleh pihak atau vendor tertentu.

Bukan Jaminan

Bahwa aparat penegak hukum menjadi paham tentang seluk-beluk software bajakan lantaran didikan vendor, bisa saja. Karena ada sebuah institusi yang memiliki kaki-tangan di seluruh negara, yaitu Business Software Alliance (BSA) yang didanai oleh sejumlah vendor software kawakan. BSA inilah yang kemudian melakukan edukasi kepada aparat penegak hukum di tiap negara, termasuk Indonesia.

Dan BSA jugalah yang kemudian diyakini banyak pihak sebagai pembisik aparat kita untuk melakukan sweeping ke institusi tertentu, termasuk ke warnet. Padahal sudah ditegaskan oleh pihak BSA, bahwa warnet bukanlah prioritas penegakan hukum olehnya. BSA juga menyangkal pihaknya berada dibelakang aksi-aksi sweeping belakangan ini.

Kalau demikian, maka bisa jadi aksi sweeping yang dilanjutkan dengan pengangkutan perangkat komputer yang membabi-buta ataupun pemalakan upeti yang terjadi adalah memang dilakukan oleh oknum aparat penegak hukum. Penggunakan software bajakan adalah satu dari sekian alasan yang telah disiapkan. Jadi, belum ada jaminan bahwa jika warnet menggunakan software yang legal ataupun open source sekalipun, akan bebas dari aksi-aksi tersebut.

Kemudian jika alasan sweeping adalah penegakan hukum, apapun dapat menjadi landasannya. Dari soal perijinan, keamanan lingkungan, lisensi software, pornografi, pajak, badan hukum hingga urusan terorisme!

Peran Asosiasi

Disinilah sebenarnya peran asosiasi yang terkait dengan industri warnet, untuk membantu para pebisnis warnet. Penyelesaian secara parsial dan kasus per kasus, akan menguras tenaga dan sumber daya yang tidak sedikit. Peran asosiasi haruslah pada penyelesaian permasalahan payungnya, bukan pada teknis lapangan para anggotanya.

Dan untuk itu, asosiasi itu sendiri pun seyogyanya memiliki legalitas yang jelas, diawaki oleh sdm yang dalam jumlah yang cukup, serta memiliki kapabilitas dan kompetensi dalam melakukan negosiasi terhadap setiap stake holder terkait. Ada kalanya, perjuangan yang dilakukan sekedar melalui milis tidak akan berdampak signifikan.

Jadi, sementara ini jika saya ditanyakan, "mengapa warnet (Anda) di-sweeping", maka maaf saya tak punya jawaban lain, selain "ya karena (bisnis Anda) warnet"!


Sumber naskah asli: www.detikinet.com

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home