Dekonstruksi Teknologi Informasi

Sunday, June 19, 2005

Weekly Review: Experience Konsumen adalah Raja

Minggu , 19/06/2005 17:00 WIB
Weekly Review: Experience Konsumen adalah Raja
Penulis: Donny B.U. - detikInet

Jakarta, (Weekly Review). Experience (pengalaman) adalah hal yang seharusnya paling dikedepankan ketika kita ingin menawarkan suatu produk atau jasa kepada para (calon) konsumen. Karena ketika persaingan bisnis sudah sedemikian ketat, sehingga setiap pelaku bisnis mengunci habis-habisan setiap sumber daya miliknya agar tidak diserobot pesaing, maka salah satu celah yang masih bisa dimainkan adalah menawarkan experience yang unik kepada konsumen.

Belajar dari ajang CommunicAsia2005 di Singapore beberapa hari lalu, hampir setiap booth yang memamerkan produk consumer goods memajang produk aslinya untuk dicoba dan dimainkan, bahkan termasuk dicium dan dirasakan. Jadi tidak sekedar memajang produk dummy dan bagi-bagi brosur saja. Pun tidak pula produk aslinya disimpan dibalik etalase kaca yang terkunci rapat.

Misalnya untuk suatu produk ponsel merek tertentu, para pengunjung dapat langsung bereksperimen atas fitur-fitur di dalamnya. Bahkan fitur gamenya dapat dicoba, dengan dibantu sebuah layar LCD 14 inci. Experience pengunjung ketika mencoba bermain game melalui ponsel dibuat sedemikian rupa, menjadi sesuatu yang tidak "biasa-biasa saja".
Ada pula sebuah teknologi mesin penyeduh kopi yang bisa di-maintain secara remote menggunakan Internet, yang didemokan dengan cara memberikan secangkir kopi hangat (dengan bebauan kopi seduhan yang khas) kepada pengunjung.

Tanpa harus banyak bicara tentang detil teknis bagaimana mesin itu bekerja, benak pengunjung sudah dibuai sedemikian rupa dengan experience atas rasa dan harumnya secangkir kopi hangat yang merupakan hasil seduhan dari mesin berintelegensia buatan.

Presepsi

Bermain dengan experience berarti bermain dengan presepsi. Dengan memberikan stimulus experience yang tepat, maka presepsi (calon) konsumen atas suatu produk atau jasa akan dapat lebih diarahkan. Termasuk pula untuk produk atau jasa yang terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

Masih banyak produsen atau vendor yang mengedepankan sisi teknis atas barang dagangannya ketika melakukan promosi. Memang, di lingkup ICT, teknis (dan teknologi) adalah raja. Siapa yang menguasai teknologi terkini, dia akan bisa menghasilkan karya yang lebih maju. Pasalnya, "lebih maju" belum tentu selaras dengan "lebih diminati" atau "lebih dibutuhkan" oleh konsumen.

Kebutuhan memang bisa dibuat, sehingga akan selalu ada pasar untuk setiap produk atau jasa baru yang unik. Tetapi ketika akhirnya terdapat sekian banyak opsi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terlebih pada produk dan jasa berbasis ICT, maka mengedepankan sisi teknis belaka sudahlah tak jamak di masa sekarang.

Calon konsumen harus memiliki presepsi yang bagus dan kuat atas produk dan jasa yang ditawarkan, dan itu bisa dimunculkan dengan memberikan experience yang tepat. Dan jangan lupa, presepsi akan lebih pada kesan pertama yang begitu "menggoda", dan kesan pertama (calon) konsumen harus dijaga.

Bulan Madu

Saat ini usia bulan madu sebagai "pengantin baru", alias sebagai penggagas awal trendsetter suatu produk atau ICT, sangatlah pendek. Produk ponsel Nokia, jika ingin menyebut salah satu contohnya, berani memainkan experience ketika meluncurkan ponsel tipe 5110 sekitar tahun 1998-1999 yang kemudian dikenal sebagai "ponsel sejuta umat". Salah satu keunggulannya adalah pada game "snake"-nya.

Walhasil tak lama kemudian hampir semua ponsel memasang aneka game sebagai fitur dasarnya. Ponsel (juga) sebagai media hiburan dan gaya hidup, demikianlah yang kemudian berhasil mengantarkan Nokia sebagai jawara produsen ponsel di dunia saat ini. Atau contoh lain terkini adalah fenomena kelahiran iPod, ketika era keemasan walkman sudah berlalu. iPod kemudian seolah me-reinkarnasi-kan kegandrungan orang memasang earphone di telinga. Apple pun berani melanggar pakem warna hitam - silver - abu-abu untuk produk ICT, dengan memilih warna putih bersih atas iPod dan produk turunannya.

Segera setelah itu berbagai vendor gadget seakan berlomba mengeluarkan produk mp3 player dengan besaran kapasitas penyimpanan yang berbanding terbalik dengan dimensi fisiknya, dengan pilihan warna putih yang dominan. Tetap, pamor iPod tak tergoyahkan dan malah semakin kukuh.

Tak Lari

Jika akhirnya para pesaing berebut masuk pada pasar yang sama, maka langkah selanjutnya adalah mengatur strategi agar presepsi konsumen tetap dapat dijaga dengan memberikan experience yang unik terus-menerus. Sebabnya cuma satu, agar konsumen tak lari ke produk pesaing.

Karena loyalitas konsumen ICT kini tak lagi sekedar pada kecanggihan fitur, fungsi dan teknis belaka, tetapi sudah lebih kepada presepsi atas suatu produk atau jasa yang digunakannya. Dan presepsi terbentuk lantaran keunikan experience yang didapatkan. Memang, tak salah apabila disampaikan oleh orang bijak bahwa konsumen (ICT) adalah raja.


Sumber naskah asli: www.detikinet.com

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home