Dekonstruksi Teknologi Informasi

Monday, July 04, 2005

Weekly Review: Biarkan Saya Bermimpi YoYo Kayu.....

Minggu , 24/07/2005 23:00 WIB
Weekly Review: Biarkan Saya Bermimpi YoYo Kayu.....
Penulis: Donny B.U. - detikInet

Jakarta, (Weekly Review). Di tengah perjalanan menuju rumah di Depok sore tadi, saya mampir di sebuah mini market. Biasa, membeli beragam cemilan dan minuman kotak untuk menemani akhir pekan bersama keluarga. Ketika hendak membayar, mata saya terpaku pada jajaran barang di rak dekat meja kasir, sebuah mainan yang saya gandrungi jaman baheula. Kalau di jaman saya sekolah dasar, mainan tersebut terbuat dari kayu.

Kini mainan tersebut terbuat dari plastik berwarna-warni, dengan lampu yang bisa menyala didalamnya. Oh ya, mainan yang saya maksudkan tersebut adalah YoYo.

Kontan saya beli mainan YoYo seharga lima ribuan tersebut, sebanyak dua buah. Sesampai dirumah langsung saya mainkan, sembari mengingat-ingat beberapa trik dan teknik bermain, yang mungkin dahulu sempat saya kuasai. Lumayan, saya bisa bernostalgia dengan barang 'made-in china' tersebut.

Keringat

Sejurus kemudian, pikiran saya mengawang ke masa 20 tahunan silam, ketika yang namanya bermain lebih banyak menggerakkan otot ketimbang sekarang. Ketika berusia 10 tahunan, saya, dan mungkin juga Anda, berinteraksi dengan teman sebaya secara fisik-ke-fisik. Yang namanya bermain adalah dengan berlari dan melompat menggunakan otot kaki, melempar dan memukul dengan menggunakan otot tangan, mengatur strategi permainan dengan melihat, mendengar dan berteriak.

Ada beberapa permainan tradisional yang cukup membuat berkeringat, semisal galaksin atau gopak sodor, bentengan, gatrik dan lompat tali (karet). Tentu saja ada pula permainan yang cukup favorit bagi cowok, yaitu bola sepak ataupun tembak-tembakan.

Dan sekarang, mungkin tak banyak lagi anak-anak yang masih mengenal ataupun memainkan permainan yang menggunakan otot dan otak tersebut. Perkembangan teknologi (game) komputer telah megubah banyak hal, termasuk cara berpikir dan bermain. Kini beragam permainan tradisional di atas tak lagi membutuhkan otot, selain sekedar otot jari tangan.
Bahwa komputer membantu meningkatkan daya pikir, kreasi dan imajinasi seorang anak, mungkin bisa jadi. Bahwa komputer dapat menggantikan daya pikir, kreasi dan imajinasi yang semula diberikan oleh permainan tradisional, saya kok tidak yakin.

Cukup banyak game anak yang interaktif. Klik sana ketik sini, maka akan muncul hasilnya di layar monitor ataupun dicetak melalui printer. Tetapi menyentuh dan menekan tombol pada keyboard ataupun mouse tidaklah sama dengan menyentuh, menekan, memilin, memukul, mencabik ataupun memotong mainan lilin (tanah liat) misalnya.

Ketika anak-anak berimajinasi dan berkreasi dengan komputer, maka kita berinteraksi dengan layar monitor untuk menghasilkan sesuatu yang abstrak, sesuatu yang tak terasa bendanya dengan panca indra selain mata. Kecuali jika di-print, dan itupun tak lebih dari perwakilan suatu benda dalam bentuk dua dimensi di atas kertas. Tetapi ketika mereka berkreasi dengan lilin, maka imajinasi mereka akan bisa 'terwujud' dan 'tersentuh' oleh lebih banyak panca indra.

Sutradara

Anda mungkin termasuk penggemar game komputer Red Alert, yang berupa game strategi perang. Dan permainan bentengan, sebenarnya sama saja. Anda harus menjaga markas Anda baik-baik, sekaligus memikirkan strategi menyerang markas lawan, sembari mencoba membebaskan para tahanan, dan menjaga diri Anda baik-baik agar tidak tertangkap oleh musuh. Bedanya, game bentengan membuat Anda lebih berkeringat karena harus berlari, mengejar, berteriak, dan sebagainya.

Dahulu kala, dan masih ada sampai sekarang di beberapa tempat, ada mainan berupa gambar laki dan perempuan yang dicetak di kertas karton tebal. Tokoh tersebut bisa diganti-ganti baju, topi, sepatu dan apapun yang menyertainya. Berbagai asesorinya pun tercetak di lembaran karton yang sama. Setelah itu, para tokoh tersebut pun dimainkan perannya, entah sebagai ayah, ibu, anak, tetangga dan sebagainya, termasuk profesi kesehariannya.

Dan kini, mungkin Anda lebih mengenal game komputer The Sims, dengan ide dan tema cerita yang tak jauh berbeda. Bedanya, di permainan ala kertas karton tersebut, seluruh jalan cerita merupakan kreasi dan imajinasi anak sebagai 'sutradara'-nya. Sedangkan di The Sims, otak komputer ikut campur dalam alur dan skenario permainan.

Oh ya, bagaimana dengan game Counter Strike? Mungkin anak jaman sekarang lebih suka bermain tembak-tembakan via jaringan bersama temannya di depan komputer, sambil duduk mengangkat sebelah kaki, menggunakan headphone, menyeruput minuman soda berkadar gula tinggi, dengan sesekali mulutnya menguyah jajanan gorengan yang basah berminyak.

Saya masih ingat dahulu bermain menggunakan pistol-pistolan berpeluru plastik, ketika mengintip dan memburu lawan ataupun berlari menghindari tembakan benar-benar menggerakkan otot tubuh. Tak sekedar menggeser mouse ataupun meng-klik tombol di keyboard.

Jika salah mengatur langkah, resikonya kulit perih terkena peluru lawan ataupun lutut dan tangan lecet karena terjatuh. Nikmat memang kalau dikenang, melakukan permainan dengan resiko yang tidak sekedar harus menekan menu atau tombol 'restart'.

Gravitasi

Salah satu game favorit saya adalah simulasi pesawat. Tetapi sungguh, bermain game simulasi tersebut tak sama dengan melakukan sungguhan. Beberapa tahun silam, saya kebetulan sempat mengambil kursus singkat terbang dengan pesawat Cesna. Walaupun secara teoritis apa yang ada di game simulasi sama dengan saat saya praktek di lapangan, tetapi ternyata banyak hal lain yang membedakan secara signifikan. Yang jelas di ketinggian yang sesungguhnya, hukum gravitasi benar-benar menjalankan perannya saat itu. Salah strategi, fatal akibatnya.

Tangan saya pun berkeringat karena gugup (Anda mungkin masih ingat ketika pertama kali belajar mengendarai mobil). Belum lagi rasa mual yang tiba-tiba mendera, ketika pesawat mendadak stall, alias kehilangan daya angkatnya karena posisi hidung yang sengaja terlalu ditukikkan ke atas oleh instruktur. Belum lagi harus menjalankan berbagai prosedur baku, tanpa ada opsi 'pause' dan tombol 'F1' untuk melihat manual-nya.

Dan untuk hal yang terakhir ini, konon teroris Al-Qaeda yang menabrakkan pesawat jumbo jet komersial ke menara WTC di AS beberapa tahun silam, mempelajari jalur dan skenarionya dari simulasi yang ada pada game Microsoft Flight Simulator. Tentunya si teroris tersebut terlebih dahulu telah mampu menerbangkan pesawat setelah mengikuti pelatihan penerbangan sungguhan.

Bermimpi

Sebenarnya yang ingin saya sampaikan pada tulisan kali ini adalah bahwa beberapa pengalaman Anda dan saya ternyata tidak akan bisa digantikan dengan peran teknologi apapun. Pengalaman bermain adalah satu hal, tetapi menggunakan komputer untuk bermain adalah lain hal.
Bermain plus komputer akan menghasilkan seseorang dengan pengalaman bermain 'dengan' komputernya. Sedangkan bermain plus alam lingkungan akan menghasilkan seseorang dengan pengalaman bermain 'di' alam lingkungannya.

Komputer dan alam tak saling menggantikan. Sebagaimana YoYo plastik berlampu fancy yang baru saya beli saat ini, takkan pernah menggantikan kenangan saya atas mainan YoYo kayu kegemaran saya dahulu kala. Pun kalau Anda baru saja kenal YoYo dan langsung yang versi 'made in china', maka pengalaman Anda dan saya tidak akan pernah dapat diperbandingkan.

Louis B. Gerstner, JR., sesepuh IBM, seperti dikutip oleh buku 'Failure to Connect (How Computers Affect Our Children's Minds - for Better and Worse)', mengatakan, "Computers are magnificent tools for the realization of our dreams, but they will never replace the dreamers. No machine can replace the human spark: spirit, compassion, love and understanding."

Dan memang tak salah apabila kita percaya bahwa komputer adalah alat bantu yang penting untuk mewujudkan segala mimpi kita. Tetapi kemampuan bermimpi itu sendiri adalah hal yang paling penting.

Jangan sampai kemampuan bermimpi kita ataupun anak-anak kita tergerus oleh iming-iming mimpi yang dibawa oleh teknologi (game) komputer, TV game (dingdong), PS2, XBOX ataupun sejenisnya.

Dan biarkan malam ini saya bermimpi memainkan YoYo kayu.....


Sumber naskah asli: www.detikinet.com

1 Comments:

  • tulisanX bagus mas,jd salah satu bahan bwt proposal penelitian saya &bahan bwt tulisan saya ttg mainan anak2. saya jg kangen dgn mainan jaman dulu.seru bgt!! ud murah,sehat lg,bs ngeluarin keringat. klo mainan ank skrg,ud g sehat,yg keluar jg bkn keringat,tp duit!

    By Anonymous Anonymous, At 11:27 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home