Dekonstruksi Teknologi Informasi

Monday, August 22, 2005

Weekly Review: Kesenjangan Digital? Matikan Saja Listriknya...

Senin , 22/08/2005 09:05 WIB
Weekly Review: Kesenjangan Digital? Matikan Saja Listriknya...
Penulis: Donny B.U. - detikInet

Jakarta, (Weekly Review). Saya lupa kapan terakhir saya mendengar sumpah-serapah dan teriakan bernada frustasi dari sekian banyak orang sekaligus, ketika hal tersebut kembali terjadi pada pertengahan minggu lalu. Dan mungkin ini terjadi juga pada Anda, yaitu ketika tiba-tiba listrik mati total nyaris se-Jawa-Bali, pada saat jam sibuk.

Apes bagi yang tidak menggunakan alat semacam uninterruptible power system (ups) atau dikantornya tidak memiliki genset. Sudah ngetik panjang-panjang, eh menguap tak berbekas lantaran belum sempat di-save.

Sekedar pikiran nakal. Jika tanpa listrik tentu tak akan ada komputer. Tanpa komputer tak akan ada digital(isasi). Tanpa digital(isasi), berarti tak akan ada kesenjangan digital. Jadi solusi mengatasi kesenjangan digital adalah dengan meniadakan listrik? Hebat bener euy...

Bicara soal kesenjangan digital, alias digital divide saya ingin berbagi kepada Anda tentang sisi lain dari 'binatang' yang banyak dibicarakan orang tersebut. Dalam majalah Newsweek edisi 25 Maret 2002, ada satu artikel menarik yang berjudul "Debunking the Myths of the Digital Divide".

Menurut artikel tersebut, kesenjangan digital (akhirnya) hanya dipahami sebagai gap antara pemilik atau pengguna teknologi (the haves) dan mereka yang tidak memiliki atau menggunakan teknologi (the have nots).

Rentang dan Mitos

Artikel tersebut mengutip penelitian yang dilakukan oleh David Card, ekonom dari University of California dan John DiNardo, ekonom dari University of Michigan. Menurut Card dan DiNardo, ternyata komputer menyebabkan semakin melebarnya rentang gaji antara yang tertinggi dengan yang terendah. Penjelasannya begini, peningkatan penggunaan komputer di berbagai aspek pekerjaan meningkatkan kebutuhan tenaga kerja yang high-skilled yang notabene tentu akan membutuhkan gaji yang lebih tinggi.

Di lain pihak proses komputerisasi yang dapat melakukan proses-proses pekerjaan rutin, mengurangi kebutuhan tenaga kerja yang low-skilled dan tentu saja akan sesuai kaidah permintaan-penawaran hukum ekonomi, gaji mereka pun akan semakin rendah. Tentu saja, Card dan DiNardo tidak serta-merta menyalahkan komputer untuk fenomena tersebut.
"Dengan peningkatan penggunaan komputer, rentang gaji akan terus melebar jika ternyata diikuti pula dengan terjadinya perubahan kebutuhan terhadap skill dari tenaga kerja," ujar mereka.

"The digital divide suggested a simple solution (computers) for a complex problem (poverty). With more computer access, the poor could escape their lot. But computers never were the souce of anyone's poverty and, as for escaping, what people do for themselves matters more than what technology can do for them", demikian penekanan pada artikel tersebut.
Ada sebuah buku yang menarik, yang bercerita tentang tren kesenjangan digital. Judulnya adalah 'The Digital Divide, Facing a Crisis or Creating a Myth?', terbitan MIT Press Sourcebooks tahun 2001.

Salah satu kutipan yang menarik adalah sebagai berikut, "no technology, in itsef, will ever eliminate the differences that arise among people who effectively utilize a technology and those who do not. Internet content can be created to allows everyone the opportunity to leard read, and as a readers, take full advantage of the information resources that exist and are being created. The divide between those who can read well and those who cannot is a real divide."

Fakta dan Realita

Sah-sah sajalah, dengan itikad baik, kini semua pihak mengejar target-target penetrasi telekomunikasi, komputer dan Internet dengan acuan World Summit on the Information Society (WSIS). Apalagi November tahun ini di Tunisia akan ada kali kedua perhelatan akbar tersebut. Jadi poles memoles data sedang dikebut habis-habisan, apalagi kalau yang secara realitanya kurang kinclong untuk dipamerkan di depan masyarakat dunia.

Tetapi seperti telah disebutkan pada beberapa paragraf di atas, setelah penetrasi tercapai, lalu apa? Banyak program peningkatan penetrasi ICT yang tak lebih dari sekedar memperluas pasar dan konsumen produk-produk ICT itu sendiri.

Seolah-olah ICT adalah sebuah tongkat sihir yang dapat begitu saja dialihtangankan kepada seseorang, dan pemegangnya bisa bersimsalabim membuat perubahan untuk dirinya, termasuk mengubah dari miskin menjadi kaya, atau setidaknya menjadi tidak terlalu miskin.

Tetapi kita harus ingat, bahwa kemiskinan tidak melulu terkait dengan keterbatasan mengakses informasi, yang notabene kerap dimanifestasikan sebagai keterbatasan memiliki atau menggunakan ICT. Dan di beberapa kondisi, memaksakan ICT untuk mengentaskan kemiskinan justru dapat memperburuk keadaan. Lah bagaimana tidak, harga komputer masih berjut-jut, penetrasi telekomunikasi masih alakadarnya, biaya akses Internet masih mencekik leher.

Sayangnya, hingga kini masih banyak pihak yang percaya bahwa obat mujarab kemiskinan (di Indonesia) adalah ICT. Sama mujarabnya ketika Indonesia (pernah) percaya bahwa hutang dapat mensejahterakan masyarakatnya. Menaruh begitu saja ICT di tengah-tengah masyarakat, alias sekedar menjual lepas seperti layaknya para saudagar ICT, tanpa ada upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengoptimalkan manfaat ICT tersebut, sama saja dengan membuka kotak pandora, alias kotak malapetaka dalam mitologi Yunani.

Untuk itulah, saya hanya ingin titip pesan kepada bapak-ibu yang akan menjadi delegasi Indonesia ke WSIS nanti, jangan nanti sekembalinya ke Indonesia malah membawa segudang titipan target dari WSIS yang memberatkan. Alih-alih dapat membantu meningkatkan kehidupan masyarakat kita, ujung-ujungnya malah dipakai oleh para saudagar ICT untuk melaris-maniskan dagangannya ke masyarakat kita, dengan jargon-jargon digital divide.

Boro-borolah "berjualan" isu kesenjangan digital di Indonesia. Kita ini masih berkutat di soal kesenjangan gizi, kesenjangan pangan, dan tentu saja kesenjangan listrik. Byar... pet....


Sumber naskah asli: www.detikinet.com

1 Comments:

  • Who knows where to download XRumer 5.0 Palladium?
    Help, please. All recommend this program to effectively advertise on the Internet, this is the best program!

    By Anonymous Anonymous, At 12:24 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home