Dekonstruksi Teknologi Informasi

Monday, September 05, 2005

Weekly Review: Undangan Pernikahan Kok Hanya 160 Karakter...

Senin , 05/09/2005 01:20 WIB
Weekly Review: Undangan Pernikahan Kok Hanya 160 Karakter...
Penulis: Donny B.U. - detikInet

Jakarta, (Weekly Review). Salah seorang rekan saya di ICT Watch berencana akan menempuh hidup baru, atawa menikah, minggu depan. Melalui ponselnya, beberapa hari silam dia mengabarkan hal tersebut, sekaligus mengundang saya untuk menghadiri resepsinya. "Mana undangannya?" demikian tukas saya.

Lho, padahal dia menghubungi saya tersebut adalah untuk mengundang. Tetapi anehnya, saya tidak (mau) merasa telah diundang, jika belum menerima yang namanya surat undangan dalam bentuk fisik.

Padahal saya termasuk salah satu penganut faham paperless ataupun less paper dalam aktifitas sehari-hari. Kalau memang bisa menggunakan e-mail atau SMS, mengapa harus repot-repot menggunakan kertas? Apalagi untuk urusan-urusan komunikasi yang sepele. Sepele? Tidak juga. Saya banyak melakukan diskusi hal-hal yang jauh jika dikatakan sepele dengan menggunakan e-mail.

Penjajagan kerjasama misalnya, mayoritas saya lakukan menggunakan e-mail. Saling bertemu tatap-muka paling hanya untuk finalisasi, lobi-lobi dan ngopi-ngopi. Pun kepastian tempat dan waktunya, dikoordinasikan melalui SMS. Jadi, tak ada yang salah bukan berkomunikasi dengan e-mail dan SMS?

Tapi kok ya rasanya masih kurang sreg jika ada yang mengundang resepsi pernikahan menggunakan kedua sarana tersebut. Saya butuh yang tercetak di atas kertas! Maaf, untuk yang satu ini saya memang agak kolot dan konservatif.


Undangan

Sekedar berbagi cerita bahwa saya tidaklah kontra dengan TI untuk urusan pernikahan, waktu resepsi pernikahan saya beberapa tahun silam, saya sempat membuat situs khusus. Di situs yang masih online hingga kini tersebut, waktu itu saya lengkapi dengan fitur web cam yang menayangkan prosesi acara di pelaminan saat hari 'h' secara live. Terdapat pula informasi tempat dan lokasi resepsi, lengkap dengan petanya. Ada pula 'buku tamu' dan informasi-informasl iannya.

Tetapi situs tersebut tidak saya fungsikan sebagai undangan. Peran situs tersebut hanyalah sebagai 'perpanjangan tangan' atmosfer acara tersebut. Sehingga sahabat-sahabat saya yang berhalangan untuk hadir, dapat tetap 'hadir' dalam prosesi pernikahan saya, tanpa harus beranjak dari depan komputernya. Undangan? Tetap telah terkirim versi cetaknya.

Bicara lebih lanjut soal undangan pernikahan, salah satu sahabat lama saya di Bandung pernah melakukan hal yang menurut saya agak konyol. Lama tak bersua, suatu ketika saya mendengar kabar dari rekannya, bahwa dia telah menemukan pria idamannya, dan memutuskan akan menikah selang beberapa lama kemudian. Karena nomor ponsel sahabat saya tersebut sudah ganti, dan sialnya saya tidak punya nomor yang baru, ya sudah saya titip pesan saja ke rekannya tersebut.

"Tolong sampaikan ke dia , sombong sekali nikah nggak ngundang-ngundang", begitu pesan saya. Beberapa pekan berlalu. Saya juga sudah lupa dengan rencana pernikahan tersebut. Sampai pada suatu ketika, saya mendapat kabar lagi bahwa pernikahan tersebut sudah dilangsungkan beberapa hari silam. Lho kok saya akhirnya benar-benar tidak diundang?

Rupanya sahabat saya tersebut sebenarnya sudah mengundang saya, tetapi melalui Internet. Pasalnya, mungkin masih lebih baik jika melalui e-mail, tetapi rupanya dia mengundang saya menggunakan fasilitas send a message di Friendster! Padahal saya memeriksa account Friendster saya paling satu-dua minggu sekali. Alamak...

Mau tidak mau, hingga kini saya tetap menggunakan standar ganda untuk urusan komunikasi menggunakan teknologi informasi (TI), baik Internet ataupun ponsel. Bagi saya, ada hal-hal yang akan lebih baik jika dikomunikasikan tanpa menggunakan TI, khususnya untuk hal yang sakral semisal resepsi pernikahan tersebut.


Esensi

Bicara tentang sakralisme dan TI, pada awal 2004 silam saya pernah menulis kritikan terkait dengan ritual orang berkirim pesan selamat atas perayaan suatu hari besar keagamaan tertentu melalui SMS.

Waktu itu saya menulis bahwa ada sekian puluh juta fungsi hati (perasaan) manusia yang dialihkan ke jempol tangan untuk melakukan ritual komunikasi antar manusia. Tradisi mengirimkan kartu ucapan sudah mulai pupus, setidaknya bagi kebanyakan penghuni dan pekerja di kota metropolitan seperti Jakarta ini.

Ritual menulis nama dan alamat menggunakan pena, tergantikan dengan sekedar lirikan mata pada layar ponsel. Ritual menempelkan perangko menggunakan lem dan mengantarkan surat ke kantor pos, tergantikan oleh 'tarian' jempol pada tombol ponsel.

Tanpa disadari, sebenarnya kita telah mengurangi nilai dan esensi 'sentuhan manusia' dalam komunikasi yang menggunakan SMS tersebut. Kita tak lagi dikuatirkan dengan sampai tidaknya pesan, sepanjang di ponsel kita terbaca 'sent' ataupun 'delivered'. Pun, kita tidak terlalu peduli apakah pesan tersebut akan dibaca sampai habis, disimpan ataukah langsung dihapus oleh penerimanya. Langsung dihapus? Bisa saja, karena isi pesannya nyaris sama dengan sekian puluh atau sekian ratus pesan yang lain. Persis seperti template, hanya diubah nama pengirimnya saja, lalu di-forward kesana-kemari.


Itulah mengapa saya hingga kini masih percaya, bahwa tidak semua komunikasi antar-manusia yang esensinya bisa tergantikan dengan TI. Pun walau akhirnya nanti zaman akan membuktikan lain. Oh ya, beberapa hari lalu saya menerima (lagi) sebuah undangan pernikahan melalui SMS. Saya tidak habis pikir, menyampaikan suatu berita gembira (Insya Allah) seumur hidup sekali, kok mau-maunya dibatasi oleh 160 karakter saja.


Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat, mohon kiranya undangan pernikahan yang disampaikan bukan berupa SMS ataupun e-mail....

8 Comments:

  • Menurut saya pengiriman undangan via e-Mail bisa saja dilakukan dengan catatan : orang yang akan kita undang bergelut dengan media internet atau setiap hari selalu menyempatkan diri untuk men-check e-mailnya, tentu saja isi dari e-mailkan bisa kita hias (via attachment).

    Terus terang saja saya nikah kemarin mengundang teman-teman saya melalui e_mail dan SMS, pertama saya lakukan via e-Mail ke semua teman, dan saya berpikir jika mereka tidak sempat check e-mail maka saya tidak lupa fasilitas e-mail, ini saya lakukan karena posisi saya saat kerja dan nikah serta posisi teman-teman saya sangat berjauhan, dan Alhamdulillah sebagian teman saya tahu dengan rencana dan kondisi saya.

    Dan menurut saya masalah fasilitas undangan tergantung dari kondisi keadaan kita sekarang (misalnya kondisi geografis) dan tidak terkait dengan sarananya, bisa kertas, multimedia ataupun dari mulut ke mulut, yang penting undangan disampaikan dengan maksud untuk menyampaikan amanat dan disampaikan secara ikhlas.

    By Anonymous Anonymous, At 3:33 AM  

  • Ternyata apa yang dikatakan Nicholas Negroponte dalam bukunya Being Digital memang benar, bahwa pendistribusian bit lebih cepat dari pada pendistribusian atom, dalam hal ini Undangan dikirim dalam bentuk bit dan itu sah-sah saja dilakukan, bukankah sekarang kita sudah berada dalam ranah informasi "digital age"???

    Peace MAs Doni, I like your article, keep it up,

    By Blogger rosgani, At 7:53 PM  

  • Saya kira bung donny terlalu naif dengan pakem paperless, padahal anda sendiri jelas-jelas mendewakan paperless, masalah undangan melalui sms atau e-mail tidak ada bedanya, dengan deal-deal kontrak melalui e-mail. Untuk kertas undangan yang diberikan ke anda, memang anda simpan? sama saja kan...terbuang.Bagaimanapun kita harus lebih arif menyikapinya, mungkin rekan kita memang tidak sempat memberikan undangan? ya nothing to loose.tapi namanya penilaian orang kan berbeda, ya nggak bung dony?

    By Anonymous Anonymous, At 12:08 AM  

  • walah Mas Don, saya malah berniat untuk memakai surat elektronik untuk sebagian undangan pernikahan saya kelak.

    karena berdasarkan tanya2 ke teman2 yg sudah menikah, undangan pernikahan itu termasuk yg (relatif) costly!

    mending duitnya dibanyakin buat makanan. krn dari pengalaman dari pesta nikah ke pesta nikah yang laen, resepsi baru setengah jaman saja, makanan dah nyaris habis! dan tempat resepsi dah berantakan lebih dari mirip kayak kapal pecah.

    i w a n - investordaily

    By Anonymous Anonymous, At 1:25 AM  

  • walah Mas Don, saya malah berniat untuk memakai surat elektronik untuk sebagian undangan pernikahan saya kelak.

    karena berdasarkan tanya2 ke teman2 yg sudah menikah, undangan pernikahan itu termasuk yg (relatif) costly!

    mending duitnya dibanyakin buat makanan. krn dari pengalaman dari pesta nikah ke pesta nikah yang laen, resepsi baru setengah jaman saja, makanan dah nyaris habis! dan tempat resepsi dah berantakan lebih dari mirip kayak kapal pecah.

    i w a n - investordaily

    By Anonymous Anonymous, At 1:26 AM  

  • mgkn kata-kata undangannya yang harus warm . Kalau sms bukan pakai template tapi langsung personal menyebut nama. Sediakan waktu juga untuk mereply bbrp sms . Ngurus undangan ribet lho..saya sempat hampir bertengkat ama calon :p

    Kalau email bikin lah yang menarik . Atau kalau tidak tautkan ke sebuah halaman web yang berisi undangan lengkapnya . Bikin pakai flash juga ok.

    By Anonymous Anonymous, At 2:53 AM  

  • Saya mengundang dengan beberapa cara yang ada, baik dengan undangan tercetak, SMS, internet dan beberapa harus saya datangi langsung.

    Untuk mereka yang saya beri undangan melalui SMS dan Internet memang kebanyakan sedikit mengkritik tanda tidak setuju diberi undangan dengan cara tersebut.

    Bukan hanya teknik penyampaian undangannya saja yang dikritik tapi waktu pelaksanaannya juga mendapat kritik, saya akan menikah tanggal 18 April 2008 mendatang yang jatuh pada hari selasa, mereka bilang "Kenapa hari Selasa bukannya hari Sabtu atau Minggu supaya dapat diusahakan datang?"

    Setelah mengetahui bahwa saya akan menikah di Cirebon, mereka juga mengatakan "Kenapa bukan di Jakarta, agar lebih dekat?"

    Walah kok jadi repot mikirin apa pikiran orang yah... Hehehe...

    By Anonymous Anonymous, At 9:17 PM  

  • Jual software prediksi togel & software hack e gold, berminat hub yoenitaa@yahoo.com

    By Anonymous Anonymous, At 7:24 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home