Dekonstruksi Teknologi Informasi

Sunday, October 16, 2005

Weekly Review: Kita Berpotensi Menjadi 'Enemy of The State'...

Senin , 17/10/2005 07:45 WIB
Weekly Review
Kita Berpotensi Menjadi 'Enemy of The State'...
Penulis: Donny B.U. - detikInet


(Weekly Review). Pengelolaan data yang serampangan, dapat berakibat seseorang berpotensi menjadi 'enemy of the state'. Sebelum bicara Single Identity Number, masyarakat harus kritis terhadap kredibilitas pengelola dan pengelolaan database-nya. Penulis ingin mengajak para pemilik data untuk dapat kritis. Paranoia? It is not paranoia, if they're really after you.


Data

Dalam beberapa minggu belakangan ini kita disuguhi dengan serangkaian pemberitaan tentang salah sasarannya penyaluran dana kompensasi BBM untuk rakyat miskin. Banyak keluarga yang tergolong mampu, bisa turut mendapatkan dana Rp 100 ribu per bulan. Tetapi di sisi lain, keluarga yang jelas-jelas standar kehidupannya tak beranjak jauh dari kitaran garis kemiskinan, tak terjamah oleh pendataan yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).



Baca selanjutnya...

Sunday, October 09, 2005

Weekly Review: Konsep Validasi 'Identitas' Taksi via SMS...

Senin , 10/10/2005 11:15 WIB
Weekly Review
Konsep Validasi 'Identitas' Taksi via SMS...
Penulis: Donny B.U. - detikInet

(Weekly Review). Ketika masyarakat membutuhkan keamanan dan kenyamanan dalam melakukan mobilitas di kota besar, maka hanya segelintir jenis sarana transportasi yang dapat memenuhinya. Taksi salah satunya, meskipun tarifnya tergolong ?premium?, kerap menjadi pilihan yang dapat memenuhi harapan di atas.

Masalahnya, seperti yang menjadi inspirasi atas tulisan kali, kasus perampokan yang menimpa penumpang taksi makin marak. Setidaknya demikian seperti disampaikan oleh media massa. Untuk itu, tulisan kali ini ingin mencoba memberikan solusi sederhana, tanpa bermaksud menyederhanakan permasalahan tentunya, tentang fungsi Short Message Service (SMS) dan kaitannya dengan keamanan penumpang taksi. Pun melalui tulisan ini, Penulis ingin mengajak pembaca melihat manfaat SMS, selain untuk sekedar menjawab kuis ataupun memilih idola di layar kaca.


Reservasi

Salah satu operator taksi yang telah menerapkan sistem reservasi armadanya dengan menggunakan SMS adalah Blue Bird Group. Melalui SMS, calon penumpang akan bisa memesan jenis taksi yang diinginkan, waktu penjemputan dan lokasinya. Informasi tentang layanan reservasi via SMS ini dapat dibaca di www.bluebirdgroup.com.

Tentu saja fitur ini akan menguntungkan pihak konsumen, karena tiap reservasi yang masuk akan diproses secara otomatis oleh komputer dan diteruskan ke armada taksi dalam radius tiga - enam kilometer dari lokasi yang diminta.

Hal tersebut dimungkinkan karena Blue Bird Group sebelumnya telah mengembangkan sistem reservasi menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) dan Mobile Data Termina (MDT) yang terpasang pada taksi dengan nama lambung Silver Bird dan Pusaka Group. Dengan melakukan reservasi tersebut, maka calon penumpang akan bisa mendapatkan konfirmasi dalam waktu yang tidak lama, juga melalui SMS, tentang ketersediaan taksi yang dipesannya.

Pun ini akan meningkatkan keamanan penumpang, karena data diri penumpang, seperti nama, alamat dan nomor telepon, serta data (pengemudi) taksi yang akan melayaninya tersimpan di database operator taksi yang bersangkutan. Sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, maka proses penelusurannya akan lebih mudah.


Validasi

Jika dikaitkan dengan keamanan penumpang taksi, maka sebenarnya setiap operator taksi bisa menggunakan fasilitas SMS untuk membantu penumpang dalam melakukan proses validasi taksi dan pengemudi yang melayaninya. Untuk dapat melakukan hal tersebut, operator taksi tak mesti harus memiliki sistim GPS dan MDT seperti pada Blue Bird Group.

Untuk persiapan infrastruktur awalnya, operator taksi hanya membutuhkan perangkat komputer sebagai server, seperangkat ponsel yang dilengkapi kabel data agar dapat terkoneksi ke komputer, kartu GSM dari operator selular manapun, serta software SMS gateway. Untuk software SMS gateway, di Internet tersedia yang versi open source. Salah satunya adalah PlaySMS yang dikembangkan oleh seorang programmer Indonesia, yang informasi teknis detilnya dapat dibaca di http://playsms.sourceforge.net.

Setelah infrastruktur di atas rampung dibangun, Selain itu tentunya operator taksi tersebut harus memiliki database tentang armadanya, semisal data nomor lambung dan nomor plat mobil, nama dan nomor identitas pengemudi, serta kalau perlu ciri-ciri fisik pengemudi.

Kemudian konsepnya sederhana, yaitu penumpang taksi harus bisa mendapatkan konfirmasi dan informasi atas taksi yang ditumpanginya. Pada bagian dalam taksi yang mudah dilihat oleh penumpang, ditempelkan nomor SMS operator taksi tersebut, berikut dengan informasi langkah-langkah menggunakan layanan SMS tersebut.

Sehingga ketika penumpang masuk ke dalam taksi, maka dia bisa segera mengirimkan SMS ke nomor yang tertera, dengan menggunakan format tag tertentu. Contoh formatnya: 'CHECK [nomor lambung]'.

Semisal nomor lambung taksinya adalah '0611', maka penumpang bisa langsung mengirimkan SMS ke nomor milik operator taksi tersebut, dengan isi pesan: 'CHECK 0611'.

Kemudian secara otomatis, komputer pada operator taksi tersebut akan mengirimkan SMS balik ke penumpang. Contoh format pesan balik SMS tersebut: 'RECHECK [nomor lambung] [plat nomor] [ID pengemudi] [nama pengemudi] [ciri fisik pengemudi]'.

Sehingga isi pesan balik tersebut bisa saja seperti berikut ini: 'RECHECK 0611 B8817EJ D2778 DONNYBU SAWOMTG IKAL 75KG MUKABLT' (baca: 'taksi dengan kode lambung 0611 bernomor plat B 8817 EJ, nomor identitas pengemudi adalah D2778, pengemudi bernama Donny B.U., dengan ciri fisik berkulit sawo matang, berambut ikal, berat 75 kilogram dan bermuka bulat').

Tentu saja format yang dikirimkan oleh penumpang taksi bisa banyak variasi. Misalnya dengan menyertakan pula lokasi saat taksi menjemput penumpang dan lokasi tujuan yang diminta. Begitu pula format pesan yang diterima oleh penumpang, bisa dikombinasikan dengan data lainnya, sepanjang tetap menjaga keringkasan tak lebih dari 160 karakter saja.

Pun proses interaksi antara komputer operator taksi dengan penumpang dapat ditingkatkan. Misalnya pada SMS pesan balik yang diterima oleh penumpang, ada pertanyaan semisal 'Anda yakin cocok antara data dengan fakta? Reply 'Y' jika yakin atau 'T' jika tidak'.

Sehingga kalau penumpang ternyata mencurigai adanya ketidak-cocokan antara data yang diberikan oleh operator taksi dengan fakta dihadapannya, maka secara cepat operator taksi akan bisa mendapatkan umpan-balik dari penumpang dan dapat segera mengambil tindakan antisipatif.

Sistim validasi via SMS ini diharapkan akan dapat meminimalisir adanya pengemudi yang nakal, dengan menyerahkan taksinya untuk dibawa oleh 'supir tembak' atau pihak lain yang mempunyai itikad tidak baik. Sebab validasi ini tentunya akan mengecek database keluar-masuk kendaraan, berikut dengan pengemudi yang ditugaskan.


Loyalitas

Memang sebenarnya konsep validasi via SMS ini masih terlalu dini jika dianggap akan dapat mereduksi tingkat kriminalitas perampokan yang menimpa penumpang taksi. Tetapi setidaknya, dengan adanya alat bantu tambahan untuk melakukan validasi taksi dan pengemudinya, tentunya selain dengan ID card pengemudi yang biasanya terpasang di dashboard, maka keamanan penumpang akan bisa lebih ditingkatkan.

Layanan validasi via SMS ini juga akan memberikan rasa aman kepada penumpang, dan tentu saja dampaknya akan terkait dengan loyalitas konsumen. Dengan modal hanya sekitar Rp 250 per sekali kirim SMS oleh operator taksi, maka keuntungan yang diperoleh dari loyalitas konsumen nilainya tentu akan jauh lebih tinggi.

Pengembangan kedepannya, validasi menggunakan ponsel ini akan terasa lebih mantap lagi jika menggunakan fitur Multimedia Messaging System (MMS). Karena 'data' yang terkirim bisa berupa gambar, semisal foto diri dari pengemudi taksi yang bersangkutan.

Apalagi nanti jika infrastruktur telekomunikasi selular generasi ke-3 (3G) sudah beroperasi secara luas di Indonesia. Fitur reservasi maupun validasinya akan semakin ciamik, dengan konten dan interface yang fully multimedia dan interaktif.

Meskipun demikian, tetap kewaspadaan dari calon penumpang, kritis bertanya serta cepat dan berani mengambil tindakan yang diperlukan adalah faktor utama ketika memilih dan bepergian dengan segala jenis angkutan umum, termasuk taksi. SMS, MMS ataupun segala jenis teknologi lainnya, sebagaimana khitahnya, hanyalah sebagai alat bantu manusia dalam peradaban kini.



Sunday, October 02, 2005

Weekly Review: Antara Kualitas Informasi dan Harga Minyak Tanah...

Senin , 03/10/2005 11:15 WIB
Weekly Review
Antara Kualitas Informasi dan Harga Minyak Tanah...
Penulis: Donny B.U. - detikInet


(Weekly Review). Maka makin menjadi sekedar angan-angan sajalah ketika Indonesia berniat meningkatkan jumlah pengguna Internetnya. Kenaikan harga BBM yang rata-rata lebih dari 100% tersebut akan memukul langsung pengguna maupun pengusaha Internet. Internet memang masih baru bisa dinikmati oleh mereka yang berpenghasilan di atas rata-rata.

Ini lantaran biaya yang harus dikeluarkan untuk sejam browsing di warnet setara dengan harga minyak tanah seliter. Jadi jangan pernah berharap masyarakat yang berada pada lapis 'piramida kelas sosial' tengah ataupun bawah, akan bersedia menggelontorkan uangnya ke kas warnet.

Kenaikan harga BBM yang menjulang akan membuat orang berpikir berulang-kali ketika akan membelanjakan uangnya untuk keperluan non-primer. Bagi mereka dari lapis sosial terbawah, yang paling penting saat ini tentulah kecukupan sandang, pangan dan papan. Untuk hiburan, informasi dan transportasi, mereka dari kelas menengahlah yang baru mampu memenuhi kebutuhannya.


Boro-boro

Bagaimana dengan kebutuhan akses Internet? Berharap dari kelas sosial terbawah, bak menegakkan benang basah. Pun berharap kebutuhan akses Internet dapat ditumbuhkan dari masyarakat kelas menengah, walaupun bukannya tidak mungkin, tetapi akan sulit rasanya dengan kondisi saat ini.

Boro-boro mau membayar akses Internet atau warnet, dapur bisa ngebul (dengan harga minyak tanah yang mencapai Rp 3000-an per liter di pasaran) atau punya kelebihan ongkos angkot (yang tarifnya sudah naik lebih dari 50%) saja sudah untung. Akhirnya, lagi-lagi, Internet hanya dapat dinikmati secara lebih leluasa oleh mereka dari kelas sosial yang berkecukupan.

Masalahnya, masyarakat dengan kelas sosial tersebut, sesuai dengan posisinya pada pucuk piramida, jumlahnya sangatlah sedikit. Kok sulit rasanya kita meningkatkan jumlah pengguna Internet Indonesia secara signifikan, jika mayoritas masyarakat kita yang berada pada kelas sosial menengah dan bawah, tak dapat dilibatkan.


Warnet

Warnet, sebagai salah satu industri kecil, pun tak ayal akan terpukul pula dengan kenaikan harga BBM. Yang paling terasa tentunya adalah biaya operasional, semisal gaji pegawai. Gaji bersih pegawai warnet berkisar antara Rp 250 ribu hingga Rp 750 ribu per bulan, yang tentu untuk hitung-hitungan hari ini sudah tak memadai lagi. Pun kalau dipaksakan tetap bertahan pada rate tersebut, jangan harap warnet akan bisa mendapatkan pegawai dengan kualitas yang cukup baik.

Dan kualitas pegawai tersebut tentunya berbanding lurus dengan kualitas layanan yang diberikan. Warnet kini tak lebih dari sekedar bertahan hidup, tanpa mampu melakukan pengembangan ataupun diversifikasi usaha. Bahkan banyak pula warnet, yang masih mampu bertahan hingga saat ini, dipertahankan hanya demi sebuah idealisme pemiliknya, meskipun harus sampai memakan modal atau disusui oleh unit bisnis lainnya. Nasib warnet semakin diujung tanduk.


Pemerintah

Pemerintah, dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Riset dan Teknologi, adalah pihak yang paling getol berkampanye tentang pentingnya Indonesia memenuhi target-target World Sumit on the Information Society (WSIS). WSIS punya target, pada 2015 nanti separuh penduduk dunia harus memiliki akses ke informasi.

'Akses ke informasi' ini kerap diterjemahkan oleh pemerintah Indonesia sebagai 'terhubung ke Internet'. Sehingga dalam beberapa kesempatan, pemerintah seolah 'mempercayakan' peningkatan penetrasi Internet di Indonesia kepada swadaya masyarakat.

Walhasil, pemerintah, seperti kerap dikritik oleh beberapa praktisi telematika di Indonesia, seakan buta fakta dan realita. Bahkan pemerintah dianggap tidak punya program-program konkrit untuk meningkatkan pengguna Internet, selain hanya sebatas pada wacana dan konsep belaka.

Kini saatnya pemerintah tak lagi bicara yang manis-manis kepada dunia internasional tentang kondisi di Indonesia, meskipun faktanya terasa pahit dirasakan oleh masyarakat. Melakukan negosiasi dan lobi pada ajang WSIS memang perlu, tetapi menghasilkan program kerja yang nyata dan dapat dirasakan masyarakat, pengguna dan pengusaha Internet tentunya tak kalah pentingnya.


Kualitas

Kini dengan kenaikan harga BBM dengan efek dominonya, maka justru kita harus was-was dengan menurunnya kualitas penggunaan Internet di Indonesia. Mungkin secara kuantitas, artinya secara jumlah penggunanya, tetap bisa dipertahankan ataupun ditingkatkan setapak demi setapak. Tetapi kualitas informasi yang diperoleh, bisa jadi menjadi turun.

Sebab salah satu faktor yang memiliki kaitan erat dengan kualitas informasi tersebut adalah pada intensitas dan durasi penggunaan Internet. Masalahnya, intensitas dan durasi tersebut terkait dengan biaya. Biaya ber-Internet akan terpangkas sedemikian rupa, karena dialihkan untuk kebutuhan lain. Dan sekali lagi, Internet belumlah sebagai kebutuhan primer atau sekunder oleh mayoritas masyarakat kita.